Beranda

Tinggalkan komentar


Manage your mind to be a positive thinker 🙂

Pola pikir akan menentukan cara pandang seseorang terhadap sesuatu dan sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang dilakukannya dalam setiap keadaan. Kita mungkin tidak bisa mengendalikan keadaan, tapi kita sendiri yang dapat mengendalikan pikiran. Pikiran positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif, begitupun sebaliknya.

Menurut maestro motivator muslim dunia Dr. Ibrahim Elfiky, bahwa berfikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena ia membantu kita memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu kita bertambah mahir, percaya dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengannya kita akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik.

Ada sedikit ilmu dari sekian banyak ilmu tentang “prinsip berfikir positif”, agar kita bisa mengevaluasi kecenderungan berfikir kita apakah sudah berfikir positif dan berharap terus belajar secara konsiten atau sebaliknya bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dari cara berpikir kita

1. Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam presepsi. Karena sejatinya Allah memberikan itu semua sudah dalam porsi yang pas untuk kita. Hanya perihal bagaimana kita menyikapinya.
2. Masalah tidak akan membiarkan kita dalam kondisi yang ada, ia akan membawa kita pada kondisi yang lebih buruk atau yang lebih baik. Ini perihal cari solusi atau cari keributan.
3. Kita jangan jadi sumber masalah, pisahkan diri kita dari masalah. Agar lebih jernih dalam berfikir dan tegas dalam bertindak.
4. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini dan rencanakanlah masa depan.
Masa lalu kita adalah guru terbaik, masa depan kita adalah sebuah proyeksi. Hidup kita saat ini yang diwarnai cinta mendalam pada Allah membuat masa lalu menjadi mimpi indah dan masa depan penuh harapan.
5. Setiap masalah pasti ada solusinya, dan kembalikanlah pada Sang Maha Pemberi solusi, karena masalah yang kita hadapi juga dibuat olehNya yang tahu kondisi kita dan pasti ada hikmahnya.
6. Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan.
7. Ketika Allah menutup satu pintu, ketuklah pintu lainnya. Karena Allah membuka pintu lain yang lebih baik.
Terkadang Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Allah membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentasi bahkan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu impian yang terbuka dihadapannya.

Berfikir positif juga mampu menguatkan cara pandang seseorang. Salah satu contohnya seorang ibu yang menanamkan berfikir positif pada anaknya sedari kecil akan mempengaruhi karakter sang anak, begitupun dengan kecerdasannya dan impian serta cita-cita yang ada dibenaknya. Insya Allah ketika pikiran positif sudah mengakar pada jiwa hati sanubari, maka akan menjadikannya sebagai karakter. Dengan begitu kuatnya karakter mereka sebagai pribadi dan sebagai bangsa sehingga mereka sigap menentukan sikap. Tidak ragu-ragu. Tidak gamang. Tidak pula gemetar saat menentukan sikap.

Karakter yang kuat memiliki pondasi yang tanggguh dan senantiasa bercahaya.

Guru saya pernah menyampaikan nasihat cara mendidik yang baik untuk membentuk anak menjadi seseorang yang positif dan kuat karakter pribadinya
-mendidik dengan keteladanan, keteladanan dari orang tuanya hingga belajar keteladanan dari kisah-kisah inspiratif nan bermanfaat
-mendidik dengan qolbun saliim
-mendidik dengan welas asih
-mendidik dengan prinsip keadilan
-mendidik dengan istiqomah

Jadi, dengan berpikir positif seseorang akan memiliki paradigma yang baik dalam segala halnya, membingkai kebaikan dalam setiap langkah hidupnya, membuat anasir bagi lingkungannya hingga bangsanya untuk menjadi lebih baik, dan yang paling utama dari yang utama lainnya adalah menjadikan pribadi yang selalu husnudzan terhadap Allah SWT dengan penuh keikhlasan atas setiap takdir yang terjadi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).

Semoga Allah memberikan hidayah, petunjuk dan kekuatan pada diri kita semua yang lemah ini agar bisa menjadi sebaik-baiknya manusia untuk selalu terus berbuat baik, berfikir baik, membangun keluarga, lingkungan, bangsa hingga peradaban yang baik (please!)

Wallahu’alam

~pengingat untuk diri yang masih belajar dan akan selalu terus belajar… insya Allah

#CMIIW

-Nurul Asih Ramadhani

View on Path

Tinggalkan komentar


Orang yang beriman itu salah satu cirinya adalah banyak-banyak memberi kebaikan/manfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

(Baca QS Ibrahim (14) : 24 -27 tentang perumpamaan orang yang beriman itu seperti pohon yang kokoh dan selalu memberi manfaat)

Jadi,
KALAU KITA MAU MENGUKUR KEIMANAN KITA,
UKUR SAJA KEBAIKAN YANG SUDAH KITA BERIKAN KEPADA SEKITAR KITA.
-Ust. Hanan Attaki

Ah, masih belum layak ngaku beriman 😭
Harus banyak memperbaiki diri 🙏

View on Path

Tinggalkan komentar


“Allah senang membuat kita menyerah dan pasrah hingga hanya pada-Nya kita berharap.”

Penyemangat dari Nafisah buat Luhur.
Tapi aku ikut kesetrum bacanya.
Makasih nasihatnya mak risang.

View on Path

Tinggalkan komentar


Why is it easy to criticize others but not easy to be criticized?
Our arrogance.
But, be honest, none of us are perfect, even if we want it.

View on Path

Tinggalkan komentar


Why is it easy to criticize another but it’s not easy to be criticized?
Our arrogance.
But, be honest, none of us are perfect, even if we want it.

View on Path

Tinggalkan komentar


Manusia datang dan pergi.

Sebagaimana orang asing yang bisa jadi sahabat dekatmu.
Pun sahabat dekatmu, bisa jadi orang asing suatu saat.

Maka jangan terlalu mencintai temanmu secara berlebihan, supaya tidak sakit saat dia pergi.

Apalagi sampai berharap.
Karena kalau sampai berharap, berarti harus siap kecewa.
Makin berharap, makin kecewa.

Lantas mengapa tak kita mendekat dan mengharap pada yang tak akan meninggalkan & mengecewakan kita? Allah.

View on Path

Ghibah

Tinggalkan komentar


Aku ingin berbagi tentang sesuatu yang secara manusiawi entah mengapa sangat nikmat ketika kita melakukannya, tapi sangat benci ketika kita diperlakukan seperti itu di belakang kita. Tau apa? Yak, ngomongin orang di belakang a.k.a. ghibah.

Ketika kamu membicarakan keburukan seseorang denganku, aku yang belum kenal & belum bertemupun bisa ikut benci dengannya. Padahal apa yang kamu tau tentang dia bisa jadi salah.

Kejamnya adalah, orang yang kamu bicarakan keburukannya padaku itu, tak punya hak jawab. Pun aku, mungkin tak punya waktu untuk mengkonfirmasi pada orang tsb apakah keburukannya yang disampaikan padaku benar atau tidak. Seringnya aku hanya akan menelan mentah-mentah apa yang kamu sampaikan & menanamkan apa yang kamu ceritakan tentang orang tersebut dalam otakku.

Dan di islam diajarkan, yang berdosa itu, bukan saja penyebar ghibahnya, tapi juga pendengarnya. Hati-hati. Mendengarkan curhat boleh, tapi begitu orang yang curhat padamu mulai membicarakan keburukan seseorang, gantilah topik atau tinggalkan dia.

Disamping membunuh karakter orang yang dibicarakan di belakang tsb, sesunggnya kita sama-sama akan berdosa, entah info yang dibicarakan itu benar atau salah. Bila keburukan yang dibicarakan benar, namanya ghibah, dosalah kita. Pun kalau tidak benar, namanya fitnah, lebih dosa lagi, fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.

Yuk stop ngomongin kejelekan orang lain di belakang.

#NoteToMySelf

Tinggalkan komentar


Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (kemampuan membedakan mana yang baik & yang buruk). Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
QS Al-Anfal (8) : 29

View on Path

Tinggalkan komentar


Ciri-ciri Ikhlas dalam beramal:

1. Takut dikenal dan apalagi terkenal 
2. Menuduh dirinya orang yang berlebihan di sisi Allah dan kurang sekali dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya  
3. Lebih menyukai amal yang dilakukan secara diam-diam
4. Tidak menuntut pujian, tetapi jika mendapat tidak terkecoh oleh pujian 
5. Tidak kikir dalam member pujian kepada orang yang layak mendapatkannya 
6. Jika memimpin, berbuat wajar, dan ketika berada dibelakang berlaku satria 
7. Selalu mencari keridhoan Allah bukan keridhoan manusia 
8. Cinta dan benci, gembira dan marah semata-mata karena Allah
9. Sabar dalam setiap keadaan dan jauh dari sifat putus asa 
10. Merasa senang jika ada yang bergabung dalam berbuat kebajikan
11. Rakus terhadap amal yang bermanfaat 
12. Menghindari ujub, yaitu merasa puas terhadap amal yang dilakukannya 
13. Selalu berusaha membersihkan jiwa (hati,pikiran,dan perasaannya)dan raganya.

-Dr Yusuf Qardhawi dalam kitabnya “Fith-thariq Ilallah, an-Niyyah wal Ikhlas” : – with Ridho, Firman, Hubbi, and Sandy at Jalan Gagak No.80

View on Path

How to Be Productive

Tinggalkan komentar


How to Be Productive

Older Entries